Saturday, October 22, 2011

Daun Jatuh


Oktober
Sesekali di siang hari matahari menyorot garang dan terik. Silaunya membuat semua orang menyipitkan mata, berusaha mengecilkan pupil mata. Sesekali tumpukan awan bergerombol dan bertumpuk-tumpukan disertai mendung dan gerimis. 

Angin di siang hari berhembus kencang memaksa pohon-pohon menjatuhkan daun-daun coklat kering yang sudah mati. Setiap tiupan angin yang melintas membuat ratusan keping daun kering jatuh bergulung-gulung ke tanah. Suara gemerisik daun kering yang diinjak ditambah jalanan yang dipenuhi sampah daun berwarna kuning kecoklatan, membuat gemas kaki untuk menyepakkan kembali daun-daun di tanah itu ke udara.

Saya menikmati  suasana di Bulan Oktober ini. Daun kering yang berjatuhan dari pohon seolah tidak membuat jalanan tampak kotor, tapi jalanan yang dipenuhi daun gugur tampak ramah bersahabat. 


Sore itu saya sengaja memperlambat laju kecepatan Miyoku saat dedaunan itu jatuh dari pohon. Merasakan dedaunan itu bergemerisik mengenai tubuh saya. Sinar matahari yang lembut menembus celah-celah pohon. 


Oktober yang ramah. Ingin rasanya duduk berdua di sebuah kursi taman. Mengamati dedaunan kering yang jatuh sambil menggenggam hangat tangannya tanpa bicara apa-apa. Ingin segera bersama dengan seseorang sebelum musim hujan yang dingin tiba.

Hidup Yang Tak Bisa Diduga

Gambar dari diambil dari website ini

Pagi ini saya kembali nongkrong di Bober Cafe. Hari Sabtu ini saya libur. Dengan maksud menikmati internet dengan lancar tanpa keluhan koneksi lambat, saya memutuskan ke Bober ini. Sekaligus merapikan beberapa postingan blog sebelumnya.

Cuaca di Bandung hari ini berawan. Matahari bersinar tidak terlalu terik. Saya duduk di salah satu kursi yang teduh dekat dengan colokan listrik. Bober yang buka 24 jam ini pagi hari masih sepi. Hanya ada 3 pengunjung. Beberapa waiter yang biasa membantu melayani tamu tampak duduk-duduk santai menonton tv. 

Saya memesan mix omelette dan secangkir hot chocolate. Sambil menunggu pesanan diantar ke meja saya, saya mulai mengeluarkan Macbook, charger, dan rokok. Saya pun duduk santai bersender di kursi kayu Bober yang keras tidak ada bantalan duduknya. Mirip kursi sekolah saya dulu tapi ini lebih antik. Saya menyulut Marlboro black menthol dan langsung menghembuskan hisapan pertamanya dengan nafas yang panjang. Asap rokok meluncur ke udara di sekitar saya terbang membaur dengan udara lainnya. Lantunan lagu Superman dari Five For Fighting terdengar dari speaker di Bober. 

"I’m only a man
In a funny red sheet
I’m only a man
Looking for a dream..."


Tuesday, October 18, 2011

Ayo Ke Bali

Saya baru saja pulang dari liburan ke Bali. 
Meski ini bukan kunjungan pertama ke Bali tapi kunjungan yang terakhir tersebut menurut saya sangat memuaskan. 
Tidak ada tempat berlibur lain selengkap dan senyaman Bali. Berada di Bali seolah membuat Anda merasa bukan sedang di Indonesia. Anda merasa di negeri lain karena Bali dipenuhi wisatawan asing dari berbagai negara. Kunjungan saya ke Bali kali ini ditemani oleh dua teman saya yang sebelumnya belum pernah mengunjungi Bali, karena itu keduanya sangat exciting dengan Bali, penasaran dengan julukan pulau dewata yang disandang Bali sejak lama.

Ke Bali tidak mahal. Saya akan menceritakan budget trip ke Bali yang baru saja saya jalani. Semoga ini menginspirasi teman-teman untuk bisa menikmati liburan di Bali.
GWK ini salah satu icon Bali, meski belum jadi 100% tetap wajib dikunjungi terutama melihat tarian Bali yang terkenal. Tiket masuk Rp25ribu.

Pindah

suatu pagi di teras Bober Cafe

Hai again all,
siang ini saya meluangkan waktu mampir ke Bober Cafe untuk internetan. Bukan bolos kerja lho, saya sedang cuti. Hari ini sisa cuti terakhir setelah saya pulang dari Bali kemarin. 

Rencana untuk menikmati wifi gratis di Bober Cafe sambil ditemani secangkir hot chocolate ini sudah dari dulu saya rencanakan tapi baru kesampaian hari ini. Cuti memang membuat yang tidak sampai menjadi kesampaian yah :)

Lama tidak mengupdate blog, ternyata banyak yang sudah berubah dan terlewatkan. Mulai dari bertambahnya teman baru sampai kepindahan rumah dari Sukabumi dan mengontrak rumah di Bandung.

Hidup memang penuh kejadian tidak terduga. Terkadang kejadian tak terduga ini seolah menambah berat beban hidup, tapi banyak pula kejadian tak terduga yang membuat saya lebih banyak bersyukur.


Bulan lalu saya baru saja dari Sukabumi ke Bandung. Pindah rumah ke Bandung merupakan sebuah perubahan dan kejadian yang seolah menambah beban hidup baru namun sekaligus memberikan efek kesenangan sendiri bagi saya. 
packingan dus yang mencapai 26 dus

Berat rasanya meninggalkan rumah milik sendiri yang sudah super duper nyaman untuk kemudian pindah ke rumah kontrakan. Walaupun rumah saya di Sukabumi tidak seberapa besar, namun 4 tahun menempati tinggal di sana seolah rumah itu sudah menjadi kekasih yang setia. Rumah mungil itu setia menunggu penghuninya pulang kerja dan menyambut pemiliknya dengan kehangatan ketika pemiliknya pulang kehujanan basah kuyup. Setiap sudut rumah itu selalu membuat saya rindu ketika saya sedang berada di kota lain.


Saya selalu yakin bahwa setiap rumah dan ruangan memiliki bau yang khas. Ketika kita mencium bau khas sebuah rumah, seolah ada flash back yang terlintas di pikiran kita. Flash back berisi kenangan yang pernah terjadi di rumah tersebut.
ini foto berdua sama my mom di carpot rumah sebelum pindah :')

ini foto di teras rumah sebelum pindahan, salah satu favorit corner di rumah mungil saya :)


Sudah sebulan saya meninggalkan rumah itu. Saya merasakan kehilangan. Mungkin kalau rumah mungil itu punya perasaan seperti manusia, dia juga sedih ditinggalkan oleh pemiliknya. Saya sering membayangkan apakah rumah itu juga merindukan saya? Rumah itu kini dikontrak ke orang lain, dan saya pun mengontrak sebuah rumah di Bandung. Rumah di Bandung ini memang lebih luas, tapi tidak sesejuk rumah di Sukabumi.