Wednesday, October 27, 2010

Bencana Bertubi

Tidak ada yang dapat meramalkan datangnya bencana alam, peramal pun tidak bisa.
Bencana alam datang seperti pencuri, saat semua orang mengira keadaan aman dan baik-baik saja. Bencana alam datang menyerbu dengan kekuatan alam yang terpendam, menghentak dan menghancurkan tanpa peduli apa dan siapa.

Baru seminggu lalu banjir bandang dahsyat menyapu Wasior, Papua Barat. Pagi-pagi saat warga hendak beraktivitas mendadak datang sapuan air bercampur lumpur menghempas, meruntuhkan rumah dan bangunan yang dilewatinya, kemudian giliran bagian Barat Indonesia yang dua hari lalu dikejutkan dengan gempa bumi yang disertai Tsunami di Mentawai Sumatra Barat. ratusan orang tewas, ratusan lainnya hilang. Kini belum pulih keterkejutan masyarakat akan berita longsor dan gempa, Gunung Merapi meletus. Ribuan masyarakat dipaksa mengungsi, belasan orang tewas terkena awan panas, termasuk sang pesohor, Mbah Maridjan yang dikenal sebagai juru kunci Merapi.

Monday, October 11, 2010

Lepas Lajang 10-10-2010

Lepas Lajang...
Meninggalkan masa lajang, berlanjut ke jenjang pernikahan, membangun kehidupan baru bersama belahan jiwa yang terpilih dari berjuta.

Hari ini Hari Minggu 10-10-2010, saya baru saja pulang dari resepsi seorang teman saya di Jakarta. Sebut saja nama dia S. Seorang wanita berparas manis dan ramah dengan dikaruniai inner beauty dari malaikat surga. S adalah teman sekaligus pernah menjadi atasan saya sewaktu di Sukabumi. S bisa jadi lebih dari sekedar sahabat, saya menganggap S seperti my own sister.

Thursday, October 7, 2010

"aku aman..."

Angin bertiup kencang
Menghempas keras melaju berderu-deru
Deretan awan kelabu bergulung bersama angin
Bola matahari lenyap terhalang langit suram

Orang-orang berjalan terbungkuk melawan angin
Anak-anak sekolah bergegas pulang sebelum hujan 
Gulungan awan kelabu semakin tebal
Sesekali kilatan putih menyambar diikuti gemuruh


Mimot si kucing mengamati perubahan cuaca itu dari dalam rumah
Duduk terdiam dari balik pintu teralis berlapis kawat
Sesekali mendongak ke langit luar yang kelabu pekat
Tiupan angin menerpa bulu-bulu mukanya