Tidak ada yang dapat meramalkan datangnya bencana alam, peramal pun tidak bisa.
Bencana alam datang seperti pencuri, saat semua orang mengira keadaan aman dan baik-baik saja. Bencana alam datang menyerbu dengan kekuatan alam yang terpendam, menghentak dan menghancurkan tanpa peduli apa dan siapa.
Baru seminggu lalu banjir bandang dahsyat menyapu Wasior, Papua Barat. Pagi-pagi saat warga hendak beraktivitas mendadak datang sapuan air bercampur lumpur menghempas, meruntuhkan rumah dan bangunan yang dilewatinya, kemudian giliran bagian Barat Indonesia yang dua hari lalu dikejutkan dengan gempa bumi yang disertai Tsunami di Mentawai Sumatra Barat. ratusan orang tewas, ratusan lainnya hilang. Kini belum pulih keterkejutan masyarakat akan berita longsor dan gempa, Gunung Merapi meletus. Ribuan masyarakat dipaksa mengungsi, belasan orang tewas terkena awan panas, termasuk sang pesohor, Mbah Maridjan yang dikenal sebagai juru kunci Merapi.
Kabar bencana ini seolah mengiris hati bangsa yang seolah selalu dirundung malang ini. Seolah bencana telah menambah agenda permasalahan bangsa, membuat semua orang menghela napas, pasrah. Dalam keadaan kemelut dalam negeri ini, terasalah sebuah rasa kekeluargaan dan solidaritas yang muncul dari jaringan twitter maupun facebook. Jejaring sosial ini membantu menyebarkan informasi mengenai posko bantuan, dompet kepedulian, lokasi pusat penampungan sumbangan berupa makanan, obat-obatan, selimut dan berbagai kebutuhan para korban. Rasa kepedulian dan kebersamaan muncul saat sama-sama setiap orang melakukan retweet info-info penting tersebut. Bahkan banyak juga yang merubah profile picture blackberry messenger meraka dengan slogan "pray for Indonesia".
Meski beberapa orang ada yang mencibir dan ogah mengganti profile pic mereka dengan alasan bahwa kepedulian dilakukan dalam wujud aksi nyata dan bukan hanya sekedar mengganti profile pic. Well, itu tetap harus kita hargai sebagai opini mereka. Paling tidak, saya yakin semua orang sebenarnya terbeban dan ingin membantu menolong korban entah apapun caranya.
Bencana bisa datang kapanpun, entah apa bencana berikutnya. Menyalahkan alam bukanlah sikap yang bijaksana. Yang perlu dilakukan adalah kesiapan kita untuk menghindari timbulnya korban. Menyalahkan Sang Pencipta juga salah besar, apalagi menuduh bahwa semua adalah hukuman Sang Pencipta. Tuhan memberikan cuaca cerah dan hari yang hujan kepada semua orang baik itu orang baik maupun orang jahat, demikian juga dengan bencana alam. Bencana bisa terjadi pada siapapun, tidak pandang bulu. Pasrah kepada Sang Pencipta lebih baik daripada menghujat bencana itu sendiri. Semoga tangan Sang Pencipta senantiasa menjaga dan menolong umatnya yang tengah dalam kesulitan.
gambar diambil dari web : http://tts.web.id/?m=200910&paged=3
No comments:
Post a Comment