Saturday, February 26, 2011

Mom

Mom, 
entah kenapa saya tiba-tiba kangen sama beliau. Sudah dua minggu saya tidak bertemu beliau karena saya dipindahkan ke Bandung sedangkan beliau ada di Sukabumi.

Berdosa rasanya meninggalkan beliau di sana seorang diri. Cukup kejam juga jika alasan saya meninggalkan Mom sendirian di Sukabumi karena saya dalam upaya mengejar karir di Kota Bandung ini.

Sesekali saya membayangkan apa yang Mom lakukan di rumah sendirian. Mungkin Mom sekarang sering mengajak bicara Mimot si kucing peliharaan kami untuk menghapus rasa kesepiannya. 

Sunday, February 13, 2011

Profile Republish

My Profile Republish... baru ngedit profile saya di blog Orang Kecil, saya publish aja deh sekalian.

Seorang pria yang senang berpenampilan casual. Kaos, celana pendek dan sepasang sandal jepit.

Pengendara motor matic bernama Miyoku.

Penggemar masakan dan jajanan asli Indonesia terutama masakan Padang sambil berusaha menahan diri menjaga ukuran lingkar pinggang dan kadar kolesterolnya.

Saya seorang pembaca. Pembaca komik, pembaca rubrik Opini di koran Kompas, pembaca iklan diskon di media, pembaca Cinemags, pembaca Cosmopolitan Men padahal saya sendiri sangat tidak berpenampilan Cosmo, kadang saya juga masih rindu menjadi pembaca Donal Bebek.

Movie Review: Shaolin


Akhirnya saya bisa nonton Shaolin.

Film yang dibintangi Andy Lau dan Jackie Chan ini sebenarnya sudah saya ingin tonton sejak 2 minggu lalu. Tapi ternyata baru kemarin saya sempat meluangkan waktu untuk ke bioskop. Untungnya Shaolin masih diputar di Ciwalk.

Sudah lama saya tidak nonton film kung fu, dan Shaolin memuaskan rasa kangen saya terhadap film kung fu. Gambar yang disajikan sangat epik dengan aksi laga memukau dengan adegan-adegan dramatis yang memainkan emosi penonton yang kadang membuat terharu.

Friday, February 11, 2011

Brutal

Brutal.
Kasar.
Sadis.
Lebih keji dari binatang...
Itu julukan yang pas ketika saya melihat rekaman video dari youtube adegan penganiyaan 3 orang pengikut ajaran Ahmadiyah.
Tampak di dalam video dua orang dalam keadaan setengah telanjang tergeletak berlumuran darah dan lumpur. Tampak pula banyak orang yang memukuli kepala kedua korban itu dengan balok kayu. Menghantam kepala keduanya dengan berbagai benda-benda keras. Tidak sedikit yang melemparnya dengan batu. Darah sudah berceceran di tanah. Salah satu korban bahkan sudah tidak bergerak dan dipastikan sudah tak bernyawa. Namun sekelompok orang itu tidak berhenti memukuli. Mereka tetap menghantamkan berbagai benda dan batu ke kepala korban. Korban lainnya masih menggerakan bibir seolah bergumam sesuatu, entah menyebut nama Tuhan, entah mencoba mengatakan ampun dan minta tolong, atau entah memelas untuk minta agar mereka sebaiknya menghabisi nyawanya segera. Saya yakin melihat kondisinya si korban yang masih hidup ini pada akhirnya mati. Terlihat kepalanya juga penuh darah dengan wajah yang hancur. Barangkali tulang tengkoraknya juga sudah penyok atau otaknya tercecer keluar.

Sunday, February 6, 2011

Mie Tarik

Mie Tarik, porsi sedikit, mangkok besar dan caisim diganti dengan selada air.

Pernah Makan Mie Tarik? Bagi orang yang sering berkeliling mall di Jakarta pasti pernah mencicipi hidangan mie satu ini. Mie Tarik bisa dijumpai dengan mudah di foodcourt mall-mall Jakarta. Di counter Mie Tarik, kita bisa lihat langsung pembuatan mie yang memang dengan cara ditarik-tarik. Mie memang menjadi pilihan utama kedua setelah nasi. Karena semua orang pasti suka dengan mie. Jadi pas di foodcourt bingung mau makan apa, pasti ujung-ujungnya pilihan jatuh kepada hidangan mie.

Saya sudah dua kali menyantap mie tersebut. Bagi saya yang penggemar mie, Mie Tarik itu biasa banget rasanya. Gak ada cita rasa mie yang khas. Rasanya kurang gurih dan adonan mienya juga tidak seperti mie di resto-resto chinese food.

Soal harga, menurut saya Mie Tarik ini tergolong mahal. Toh dengan cita rasa pas-pasan seolah hanya berupa makanan pembuat kenyang semata, Mie Tarik masih kalah jauh dengan mie-mie yang dijual di luar mall. Porsi Mie Tarik tergolong sedikit (sedangkan mangkok penyajiannya besar dan cekung), selain itu sayur caisim yang biasa kita temui di kebanyakan mie, diganti dengan selada air. Mie Tarik dibanderol dengan harga sekitar 25000 sampai dengan 30000 rupiah. 

Minggu Siang

Kembang sepatu ini hasil jepretan saya lho, *trus?

Halo again...
Ini hari minggu pertama di bulan Februari. Cuaca bisa dibilang cukup cerah kalau dibanding beberapa hari lalu yang mendung. Matahari kali ini berani muncul meski malu-malu, aaahh... matahari ini suka meniru saya yang juga suka malu-malu...*kriuk

Meski hari ini libur, saya sudah bangun sejak jam setengah enam tadi. Sejak kemarin sih berhasrat untuk lari pagi sambil nemenin keponakan yang bersepeda. Tapi karena keponakan saya masih pemulihan karena flu, saya tidak jadi mengajak dia bersepeda. So akhirnya saya mandi pagi dan bersiap ke gereja.

Pas mau ke gereja aja saya masih mikir, mau kebaktian di mana yaah... Akhirnya diputuskan saya kebaktian di GKI Maulana Yusuf. Ini gereja langganan saya sih karena jaraknya dekat dan banyak yang masih muda (wohoo cuci mata...). Haha... jangan dianggap serius yah, saya cuma becanda, tujuan saya tetap ibadah koq nggak niat macem2.

Tuesday, February 1, 2011

Kembali Ke Kota Impian


Jam dinding di kamar keponakan saya menunjukkan jam setengah dua belas malam. Beberapa penghuni di rumah ini sudah tertidur, hanya saya yang masih aktif berinternet. Suara deru kendaraan bermotor masih terdengar ramai di luar. Suhu Kota Bandung malam itu tidak terlalu dingin, sejam sebelumnya saya sempat mengendarai motor dengan mengenakan sweater tipis dan saya tidak kedinginan.

Ya, benar... singkat cerita akhirnya kepindahan saya ke Bandung terwujud. Setelah hati saya terping-pong karena keputusan manajemen yang berubah-ubah. Saya bersyukur sekali karena akhirnya keinginan saya untuk kembali ke Bandung terkabul.

Bandung, 6 tahun lalu saya menetap di kota ini sebelum akhirnya karena pekerjaan saya pindah ke Sukabumi. Meski selama 6 tahun saya tinggal di Sukabumi, saya tetap rutin datang ke Bandung paling tidak dua kali dalam sebulan. Saya juga hapal kota ketika kota ini berbenah membangun berbagai tempat perbelanjaan dan hiburan, membangun cafe-cafe tematis, beraneka ragam factory outlet, dan bermacam-macam sajian kuliner khas yang mengundang warga Jakarta untuk datang membelinya.