Malam ini kawasan Braga ramai seperti biasanya. Beberapa kelompok orang berjalan sambil bercerita dengan antusias. Tidak sedikit turis asing yang lalu lalang di sekitar Braga Citywalk. Jalan raya masih mengkilat karena basah habis diguyur hujan deras. Udara dingin malam ini melengkapi nikmatnya Kota Bandung.
Saya baru saja melangkahkan kaki keluar dari Gold's Gym Braga. Keringat masih menitik di dahi saya meski saya sudah membasuh tubuh di ruang ganti. Gymnasium juga dipenuhi orang-orang yang bermimpi memiliki tubuh bak model. Sebagian dari mereka berhasil, sementara sebagian lainnya hanya menjadi member demi memenuhi syarat hidup sehat modern masa kini, memiliki kartu member gym.
Udara yang dingin malam itu membuat beberapa orang terlihat mengenakan jaket tebal. Langit tidak menampakkan bintang. Jalan raya masih dipenuhi kendaraan orang-orang yang berlomba menuju pulang. Jam tangan saya memperlihatkan masih pukul 19.00. Enggan rasanya pulang. Enggan berdiam di rumah. Jika malam ini pulang ke rumah lebih awal, saya berarti memberikan kesempatan pikiran saya dipenuhi macam-macam prasangka dan itu akan membuat saya sesak nafas.
Akhirnya saya memutuskan untuk mampir ke Starbucks Braga. Kebetulan saya ingat punya voucher mendapat minuman gratis ukuran tall. Saya pun memesan Dark Mocha dan satu slice New York Cheesecake kemudian duduk di salah satu kursi di pojok. Saya mengambil koran Kompas di dekat meja kasir, menyeruput kafein dingin dan mulai membacanya.
Malam ini saya menikmati kesendirian di Starbucks Braga. Membaca koran, dan memperhatikan orang yang lalu lalang membeli kopi. Kemacetan di luar masih berlangsung. Setidaknya malam ini saya bisa mengalihkan pikiran yang kacau ini.
orang kecil dan dunia yang maha besar, berlari dan tertawa di bawah kelip bintang.
Tuesday, October 14, 2014
Enggan Pulang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment