Sekali lagi hidup ini menampar saya dengan keras. Membangunkan saya dari mimpi. Meremukan khayalan. Memupuskan cita dan keinginan.
Semula semua tampak akan kembali berjalan baik. Saya kira semua bisa bisa dimulai kembali dari awal. Saya pun sudah siap menerima kebahagiaan-kebahagiaan baru.
Namun apa yang saya harapkan tidak demikian. Kenyataan tidak berpihak kepada saya. Dalam kurang dari 30 hari, hidup ini terasa seperti menghantam saya bertubi-tubi. Harapan yang sudah saya idamkan bisa tumbuh besar dan rindang, kini tinggal seperti pohon yang rantingnya kering menunggu daun terakhirnya jatuh ke tanah dan mati.
Saya kembali diingatkan, kembali menerima dejavu-dejavu yang berusaha menyampaikan pesan bahwa apa yang saya inginkan dan rencanakan semua bisa lenyap begitu saja. Keinginan saya seolah terlalu rapuh dan mudah diterbangkan angin. Meninggalkan saya dalam ketidakberdayaan.
Pagi ini matahari sebenarnya bersinar hangat. Namun yang saya rasakan hanya dingin yang kering dan terasa sesak seperti memeluk kehampaan. Saya tidak bisa berpikir jernih. Keruh. Tubuh ini seperti zombie yang sedang dipermainkan situasi.
Saya merasa seperti dicekik dan dibuat sulit bernafas. Saya berusaha berteriak kenapa ini bisa menimpa kepada kami? Kenapa Tuhan tega? Kenapa Tuhan membiarkan?
Saya tahu bahwa saya tidak akan mendapat jawaban secara langsung. Saya hanya memaksakan diri untuk menarik nafas dalam-dalam. Berharap saya bisa baik-baik saja. Berharap dia pun akan baik-baik saja. Berharap kami masih bisa bertemu lagi.
Jadi ini rasanya ditinggalkan. Sakit dan pahit sekali rasanya.
No comments:
Post a Comment