Monday, October 11, 2010

Lepas Lajang 10-10-2010

Lepas Lajang...
Meninggalkan masa lajang, berlanjut ke jenjang pernikahan, membangun kehidupan baru bersama belahan jiwa yang terpilih dari berjuta.

Hari ini Hari Minggu 10-10-2010, saya baru saja pulang dari resepsi seorang teman saya di Jakarta. Sebut saja nama dia S. Seorang wanita berparas manis dan ramah dengan dikaruniai inner beauty dari malaikat surga. S adalah teman sekaligus pernah menjadi atasan saya sewaktu di Sukabumi. S bisa jadi lebih dari sekedar sahabat, saya menganggap S seperti my own sister.



Malam tadi di Gedung Serbaguna Senayan, resepsi pernikahan S digelar. Dekorasi dihias sedemikian rupa memancarkan nuansa merah marun sesuai dengan kebaya yang dikenakan S ditambah rambut S yang disanggul rapi dengan make up yang membuat S tampak semakin cantik di hari istimewanya. 

Lagu duet I Finally Found Someone dari pembawa acara mengiringi langkah S dengan sang mempelai pria di atas red carpet. Keluarga dan tamu undangan yang sejak tadi telah berkumpul memenuhi sisi kiri kanan red carpet melihat kedua mempelai yang melangkah dengan senyum berseri-seri penuh bahagia. 

Seusai pembacaan doa saya dan beberapa teman dengan segera mengambil barisan mengantri untuk menyalami pengantin. Wajah S dan mempelainya tampak bahagia. Membuat sensasi haru dan bahagia yang muncul dari dalam diri saya. Seolah saya menjadi bagian dari keluarga S yang menikmati proses penyatuan dua keluarga ini. Saya bahagia, sekaligus menyadari sebuah kesedihan bahwa saya kehilangan lagi sahabat yang masih lajang. Hampir semua teman dekat dan sahabat telah menggelar pernikahan sementara saya masih sibuk berkutat dengan entah hal apa yang saya sendiri tidak mengerti. Tanpa arah, tanpa destinasi.
Selamat lepas lajang S, selamat berlayar bersama sang belahan jiwa, mengarungi gelombang biru, merasakan kesejukan angin, menikmati kehangatan matahari sambil mengamati cantiknya flaminggo. 

Sekembalinya menuju perjalanan ke Sukabumi, bulan sabit bertengger di langit malam kelam. Jalanan ramai oleh kendaraan yang keluar masuk dari ratusan resepsi yang digelar. Lepas lajang dimana-mana. Saya duduk berusaha membuat tubuh saya terbenam di kursi mobil. Menyadari saya mulai tertinggal sendirian membuat saya berharap dunia menelan saya sekalian. Setelah terbebas dari kemacetan, saya menolehkan wajah saya keluar jendela, menatap kosong jalan-jalan yang diterangi lampu kuning suram. Pemandangan ini memicu rasa kesepian saya lebih dalam. Sebulir air mata tertetes ke pangkuan saya. Sepanjang perjalanan saya menyandarkan kepala saya pada kaca mobil, menikmati kesendirian yang dingin.

 

1 comment: