Wednesday, December 22, 2010

Melancong Ke Singapura: Hari Pertama

Awal Desember lalu saya sukses menggunakan paspor untuk yang pertama kalinya. Negara pertama yang saya kunjungi itu adalah Singapura. Negara kecil yang bisa dibilang terdekat dan termudah untuk dikunjungi oleh penduduk Indonesia.
Jujur saja, saya seperti termakan omongan sendiri saat akhirnya memutuskan pergi ke Negeri Singa ini. Saya pernah bergumam pada diri sendiri kalo saya keluar negeri pertama kali, pasti saya gak akan pilih Singapura deh. 
"Ngapain ke sana (Singapura-red), negara cuma seiprit dan cuma ada hutan beton (bangunan perkotaan-red) pasti gak ada yang bisa dilihat. Singapura pasti nggak beda jauh dengan Jakarta," begitu pikir saya.
Aaah... begitulah akhirnya saya termakan omongan sendiri.


Tanggal 2 Desember 2010 pun saya berhasil menjejakkan kaki untuk yang pertama kalinya bersama ketiga teman lainnya ke Sin (saya singkat Sin aja ya biar gampang). Tiket Jkt-Sin sudah kami pesan beberapa bulan sebelumnya (apalagi kalau bukan AirAsia hehe).
Terserah deh kalo ada yang mau bilang saya norak karena baru pertama kali ke Sin, tapi saya di sini hanya mau share cerita. Siapa tau bermanfaat buat temans yang mau ke Sin khususnya untuk yang newbie.

Kamis 2 Desember 2010: Singapura Kota yang Tertib
Boarding dari Soetta jam 12.00 dan tiba di Changi Airport jam 14.00 waktu Sin. Sebenernya cuma perlu sejam lebih untuk tiba di Sin, hanya Sin lebih cepat 1 jam dibanding WIB.
Setibanya dari Bandara Changi, saya dan teman-teman langsung memutuskan menggunakan taksi untuk ke tempat hostel kami. Taksi di bandara Changi ini sangat tertib. Tidak ada sopir yang bertindak seperti calo yang memaksa-maksa penumpang. Semua taksi harus antri juga berbaris di tempat yang sudah disediakan. Sebenarnya menggunakan MRT (Mass Rapid Transport-semacam monorail ekspress) bisa aja langsung ke hostel namun koper dan ransel kami terlalu merepotkan untuk diseret-seret ke stasiun MRT. Hostel yang kami pesan persis berada di seberang stasiun MRT Kallang. Ongkos taxi mengantar ke hostel sebesar SGD12,9. Kalau tidak salah ada surcharge karena pada jam-jam tertentu taxi di Sin membebankan biaya lebih. Bayar taxi di Sin juga tidak perlu repot-repot menyediakan uang pas. Berikan pecahan besar pun mereka dengan baik hati akan mengembalikan uang kembalian tanpa meminta uang tip seperti taxi di tanah air.
Nama hostel kami adalah Kallang River Hostel. Tentunya sebelum naik taxi kita harus mempelajari peta dulu dimana posisi si hostel. Ini akan membantu kita menyampaikan lokasi yang tepat kepada si sopir taxi. Saya sudah mem-print peta MRT, dan peta Sin meski dalam ukuran kecil. Untungnya di Changi disediakan peta dan informasi wisata dalam bentuk brosur dan buklet yang dibagikan gratis. 
Kallang River sepertinya sesuai dengan yang ada di bayangan saya sebelumnya. Kamarnya sangat kecil dan kami berempat tidur sekamar yang terdiri dari satu lemari kecil dan dua ranjang bertingkat. Hampir tidak ada ruangan untuk duduk-duduk di lantai sambil bermain kartu. Kamar juga tidak ada jendela. Untungnya ada ac yang tetap membuat ruangan sejuk. Kallang River ini tarifnya hanya sekitar Rp 120ribu jika dikurs kan ke rupiah. Bagi saya sih tarif ini sesuai. Tempat tidur yang disediakan not to bad, dan kamar mandi lumayan bersih (kamar mandinya sharing dengan tamu lain). Alasan memilih hostel ini adalah harga murah dan lokasi yang hanya berjarak 50 meter dari stasiun MRT Kallang.
Setelah membereskan koper dan barang bawaan kami, kami memutuskan untuk mencari makan. Waktu sudah jam 6 sore, memang sudah waktunya makan malam. Di sekeliling Kallang River memang banyak restoran. Namun dari harga yang tertera kami menilai harganya terlalu mahal, kami masih harus berhemat sampai 5 hari ke depan, jadi kami putuskan mencari makan di tempat lain. Saya dan teman-teman akhirnya memutuskan untuk ke Chinatown. Menurut info yang kami dapat, di Chinatown banyak pilihan makanan dengan harga yang lebih murah. 
Setelah membeli kartu MRT seharga SGD12 kami meluncur ke Chinatown dengan MRT. Dalam kurang dari sepuluh menit kami sudah sampai di Chinatown. Memang banyak sekali kedai makan di Chinatown. Mirip seperti di sebuah food court besar. Harga makanan di sini kisaran antara SGD2.5 sampai SGD5. Saya memesan sebuah menu yang di gambarnya seperti mie ayam yang berkuah. Teman saya yang lain pesan sop ikan, dan ada juga yang pesan semacam nasi campur. Eh kebanyakan di Chinatown ini tidak halal, bahkan sepertinya di Singapura memang banyak makanan yang mengandung babi. Jadi harus jeli bagi yang muslim.
Setelah makan kenyang kami memutuskan untuk berfoto-foto sebentar kemudian kembali ke hostel dengan rasa letih bercampur semangat untuk menyambut besok pagi karena kami akan berkeliling. Kami kembali ke hostel menggunakan MRT lagi. Sepanjang perjalanan kami mengamati betapa tertibnya orang-orang di Singapura ini. Mereka tidak makan dan minum di sembarangan tempat, tidak ada perokok di tempat umum, mereka menyebrang hanya di zebra cross, dsb. Ketertiban ini yang membuat Sin menjadi bersih. Malam itu Kallang River seolah menjadi istana yang nyaman bagi kami beristirahat, tidak membutuhkan waktu lama bagi kami untuk tidur.
ki-ka: Dave, Riny, Anis, dan saya ^^

3 comments:

  1. Nice info....pas di kallang river, bersih ga tempat nya? kamar nya dan kamar mandi nya?

    ReplyDelete
  2. dear ira,
    kamar tidurnya bersih.
    kalo kamar mandinya waktu itu banyak tisu krn tidak ada tempat sampah. tapi buat saya sih tidak masalah :)

    ReplyDelete
  3. Makasih Mba'/ Mas yg udah posting :)

    Pengeeen kesna :D

    ReplyDelete