"Mutasi kamu ke Bandung sudah disetujui area manager, per Februari kamu sudah ada di Bandung..." Perkataan dengan nada datar itu diucapkan oleh atasan saya hari Kamis minggu lalu, tepat sehari setelah saya menulis "I Hope" di blog saya.
Kalimat yang diucapkan bos saya tersebut seolah mimpi karena saya sebelumnya tidak menyangka bahwa mutasi saya ke Bandung dikabulkan dengan mudah dan cepat. Saya senang luar biasa. Saya pun sudah memberitahukan hal ini kepada orang tua saya. Tidak lupa saya berdoa mengucap syukur.
Tapi siapa sangka lima hari setelah kabar baik itu diumumkan kepada saya, ada kabar yang membalikkan situasi itu 180 derajat. Hari ini atasan saya memanggil saya ke ruangannya, kembali dengan ekspresi datar dia menukas, "Dios, kepindahan kamu ternyata tidak disetujui dan dibatalkan sama area manager...".
Saya merasa dibanting keras dari ketinggian dan remuk.
Perlu waktu beberapa detik bagi saya untuk memahami kata-kata dari atasan saya tersebut sebelum akhirnya batin saya berteriak di dalam kepala saya, "tidak mungkin, tidak mungkin, ini tidak mungkin begini... Kenapa berubah, kenapa, KENAPA?"
Saya keluar dari ruangan atasan saya dengan pikiran yang masih berkecamuk dan jeritan-jeritan "kenapa" dari dalam batin saya. Kaki saya lemas dan saya menatap blackberry saya dengan tatapan kosong, berharap saya bisa bertanya kepada seseorang di dalam contact list blackberry tersebut perihal alasan perubahan mendadak ini.
"It's okay, it's okay, everything is gonna be okay Dioz..."
Saya berjuang keras menenangkan diri dan berusaha tidak berpikir sesuatu yang negatif, dan berusaha mencegat kekecewaan meresap dan meracuni pikiran saya yang akan membuat saya tidak bisa berpikir jernih.
Situasi seolah diperparah karena seluruh teman sekantor sudah mengetahui rencana mutasi saya sebelumnya karena minggu lalu atasan saya sudah mengumumkan kepindahan saya di dalam meeting. Rasa malu menjalar di dalam batin saya. Saya akui, hari ini saya benar-benar terpukul. Terpukul begitu keras bahkan saya tidak menyangka hal semacam ini bisa menimpa saya. Dalam situasi seperti ini atasan saya justru tidak membantu dan memberikan encouragement untuk menenangkan saya. Nada melecehkan justru keluar dari setiap perkataannya disertai upaya menghibur melalui membuat lelucon tapi yang ada bagi saya hanya melukai perasaan saya.
Pihak dari HR berjanji segera memberikan kabar bahwa mereka akan mencarikan posisi untuk saya di Bandung. Mereka meminta saya bersabar dan menunggu. Saya diselubungi kekecewaan yang begitu dalam. Saya berharap bisa menguburkan diri ke dalam tanah. Bersembunyi hingga ada kabar baik datang merubah keadaan ini.
Rencana-rencana saya seolah kembali buyar seketika. Entah apakah saya perlu membuat rancangan rencana lagi atau tidak. Terbersit dalam pikiran saya menanyakan dimanakah Tuhan saat itu dan kenapa membiarkan ini terjadi. Tapi saya menyadarkan diri saya bahwa mungkin menurut Tuhan belum waktu yang tepat bagi saya untuk pindah. Terlalu sempit rasanya kalau saya menyalahkan pihak-pihak lain. Saya hanya memaksakan diri saya untuk tetap yakin, yang terbaik pasti akan saya peroleh.
ya..belum rejekinya...
ReplyDeletemungkin Tuhan punya rencana yang lebih baik..
just believe that when u have a purpose, God will give you million ways :)
ReplyDeletetetap semangat! :)
ReplyDelete