Saturday, September 19, 2009

Mudikers


Kemarin saya merasakan bagaimana jadi mudikers alias pemudik. Saya tidak merayakan Idul Fitri, tapi toh saya harus pulang ke rumah saya di Sukabumi dibanding harus sendirian di tempat kos saat libur Lebaran.
Saya berangkat dari terminal Lb.Bulus, rencana mau naik bus tujuan Sukabumi. Mudik di H-2 sebenarnya agak membuat saya was-was. Khawatir tidak kebagian bus. Tapi saya harus mencoba mengingat alternatif lain pulang kampung ke sukabumi sangat terbatas transportasinya.
Tiba di terminal Lb.Bulus jam 3 sore. Terminal sudah dipenuhi Mudikers yang sudah terserak di pinggir-pinggir jalan. Bahkan ada yang dengan cueknya duduk-duduk di sepanjang jalur yang harusnya menjadi tempat bus untuk berhenti. Mereka menunggu bus yang akan membawa ke kampung halaman.
Barang yang mereka bawa juga rupa rupa bin ajaib. Mulai dari kardus-kardus besar, kantong paper bag yang gendut karena kepenuhan, tas travel, panci, belum lagi yang bawa balita dan bayi dilengkapi dengan balon dan mainan untuk mendiamkan si anak supaya tidak menangis.
Wah benar-benar pemandangan yang membuat saya heran sekaligus kagum. Heran karena ternyata orang sebanyak ini berasal dari berbagai daerah dan selama ini ternyata Jakarta hanya diisi oleh pendatang. Kagum karena mereka begitu semangatnya untuk merayakan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman, rela antri dan bermacet-macet demi berkumpul dengan keluarga.
Tertawa di dalam hati saya karena saya saat ini merasakan menjadi seorang mudikers. Selama ini saya hanya sering merasa pemudik itu sangat konyol, pulang kampung berbondong-bondong hanya untuk Berlebaran. Ternyata saya mengerti sekarang. Lebaran bersama keluarga tercinta di kampung halaman mengalahkan rasa lelah dan derita yang dirasakan saat di perjalanan. Selamat Lebaran Mudikers.

No comments:

Post a Comment