Tuesday, September 29, 2009

Alkitab Kumal


Saya tadi sedang duduk di dalam kamar kos,
Melamun dan mencoba mendengarkan lagu dari itunes.
Lagu yang saya putar kebetulan adalah lagu rohani.
Mungkin karena hari ini hati saya sedang melimpah dengan syukur.
Toh memang sudah lama saya tidak pernah mendengarkan lagu rohani lagi,
Jadi saat itu saya cukup menikmati nutrisi untuk rohani melalui media lagu tersebut.


Secara tidak sengaja tangan saya mengambil Alkitab yang terletak di atas tumpukan buku.
Alkitab saya dibungkus oleh tas kain warna hitam yang kusam karena debu.
Alkitab itu saya dapatkan sejak saya kelas 3 SD, sekitar 19 tahun yang lalu.
Papa yang membelikannya untuk saya saat mengajak saya untuk bersekolah minggu.
Pinggiran kertas Alkitab itu sudah kuning dan banyak lipatan-lipatan kecil yang membuatnya tampak tidak rapih
Halaman awal dan beberapa halaman akhirnya yang pada awalnya kosong,
kini terisi oleh tulisan-tulisan tangan saya sewaktu kecil.

Ada nama saya di halaman awalnya, di halaman akhir ada beberapa ayat Alkitab yang pernah saya catat, ada juga alamat dan nomor telepon yang saya sendiri sudah lupa alamat siapa.
Yang membuat saya tersentuh, ada nama ruangan di Rumah Sakit sewaktu tante saya dirawat di sana. Saya memang sempat mengunjunginya sendirian menengok beliau, sebelum akhirnya tante saya meninggal terkena komplikasi ginjal.

Di dalam Alkitab ini banyak sekali saya temui ayat-ayat yang digarisbawahi, ditandai dengan stabilo, dan dilingkari. Pelakunya utama yang menggarisbawahi ayat-ayat tersebut ternyata adalah Papa saya. Dia adalah Papa tiri saya yang membelikan saya Alkitab tersebut dan mengajak saya untuk bersekolah minggu. Ironisnya, sekarang Papa tiri saya malah tidak menganut agama apapun. 
Di dalam Alkitab juga saya temui beberapa pembatas Alkitab. Lucu-lucu gambarnya dan ayat-ayatnya juga bagus-bagus. Ada juga selipan kertas-kertas di dalamnya yang ternyata adalah warta gereja tahun 2005, kartu perjamuan Kudus, jadwal petugas pelayan persekutuan di gereja (saya dulu pernah jadi aktif di komisi pemuda), nama-nama pendeta untuk pembicara di persekutuan, catatan lagu-lagu untuk di persekutuan, dsb.

Alkitab itu sudah tampak kumal. Sampul kain hitam di luarnya tidak pernah saya cuci sejak pertama saya beli. Tapi saya suka Alkitab kumal ini. Dia menemani saya sejak pertama masuk sekolah Minggu. Waktu itu saya masih belum tahu cara menemukan ayat-ayat di Alkitab dan dengan sabar guru sekolah minggu saya membantunya membuka Alkitab dan menunjukkan nama-nama kitab yang ada di dalamnya. Saya pernah bawa Alkitab itu ke sekolah di SD, SMP, SMA, ke Solo waktu pas Retreat, ke rumah saudara, ke Gramedia atau ke mal juga pernah.  

Saya mengenal Sang Juruslamat dari si kumal ini. Saya banyak diajarkan firman Tuhan dari si kumal ini. Saya banyak mendapat petunjuk dari si kumal ini juga. Kumal yang penuh kenangan. Saya angkat si Alkitab kumal dari meja, saya beri kecupan kepada Alkitab kumal itu. Muah, makasih kumal...

4 comments:

  1. biar orangnya kecil Tapi ibadahnya besar....sip bgt tuh

    ReplyDelete
  2. salam kenal ajah,,kunjungan pertama disini

    ReplyDelete
  3. gila lu bro, udah jago foto, jago nulis pula...
    Oh iya, jago nyanyi juga lhooo, hehehe :)

    ReplyDelete
  4. a very good writing, Dioznardo. I like this blog, you share tiny, light stuffs of which most people might ignore here, and I personally think it's one of the best ways to fight against forgetfulness.
    keep writing :)

    ReplyDelete